Misteri sekolah lantai 3
Misteri sekolah lantai 3
2018, Sekolah yang menurutku sangat populer itu. Aku berfikir bahwa sekolah ini adalah sekolah yang mempunyai fasilitas yang bagus aku beruntung bisa masuk ke sekolahan ini. Nama ku Citra Putri Aleqa. Bisa di panggil Citra, aku baru saja memasuki sekolah ini. Tanpa sadar sekarang aku duduk di bangku kelas 10. Dan aku mempunyai teman sebangku yang baik dia Aulia, selain baik dan pu pintar. Aku yang tidak suka berbaur pun hanya bisa berteman dengan Aulia. Aku terkesan cuek berbeda dengan Aulia yang periang dan banyak di sukai orang. Dan satu lagi dia adalah tukang ngibah.
"Ra, ra... gua punya cerita yang amat sangat menarik, lo mau tau gak?" Aku pun mengganguk dengan senang hati Aulia mulai bercerita.
"Kata nya, ya, ada rumor kalo lantai 3 itu. Angker banget, gua sih percaya aja. Kalo lo gimana?"
"Emm... Aku gak tau, tapi kita jangan percaya aja. Kita juga belum tau kan kejadian nya, kalo aku bisa liat secara lansung. Baru deh aku percaya."
Aulia mengetuk meja berulang ulang." Lo, mah orang nya, gak percayaan."
Aku memang tidak percaya akan mistis atau cerita horor lain nya. Bagi ku itu hanyalah bohongan atau rekayasa orang aja.
"Udah lah, kalo gitu aku pulang dulu ya." Aku melambaikan tangan ke arah Aulia dan di balas pula lambaian tangan ku.
Beluk sempat aku menuju parkiran. Seorang guru memanggil ku, aku pun menghampiri guru yang sudah ber umur 35 tahun itu.
"Iya, bu. Ada perlu apa?" Tanya ku sopan
"Tolong bawakan kitab ini ya nak, di kelas 12 IPA 1." Pinta
Aku menganggukan kepala hal asil aku pun menaiki tangga ke lantai 2, sebenarnya kelas ku berada di lantai 1. Sampai sudah di lantai 2. Kelas tampak ramai dengan sopan aky memanggil kakak kelas dan memberikan setumpuk kitab itu. Setelah nya aku akan ingin turun. Tapi mengapa hati kecil ky ingin pergi ke lantai 3. Yang di bicara kan Aulia. Dirinya tampak sedikit penasaran akan apa yang dikatakan Aulia. Saat akan turun suara mengema cukup besar itu menggagetkan ku. Aku berfikir itu mungkin suara kegaduhan kakak kelas. Ah bodo lah, Entah mengapa justru kaki ku melangkah ke lantai 3. Aku sedikit bernyanyi.
🎵belum siap kehilangan🎵
Tiba- tiba suara seseorang mengikuti lagu yang aku nyanyikan. Suara perempuan. Tubuh ku merinding seketika. Entah berasal dari mana suara itu.
Suatu merayap di pundak ku dan perlahan merayap ke wajah ku sehingga menutup mata ku. Aku langsung terkejut. Tangan ku mengusap wajah ku. Apa aku bermimpi dan aku sedang berdiri di depan pintu kelas 12 IPA 1. Bukan nya, aku berada di lantai 3 tadi. Oh, aku segera berlari ,sekolahan sudah sepi. Tinggal diriku saja berarti. Aku menuju gerbang sekolah dan mengendarai motor ku menuju rumah.
Apa tadi sungguh suatu tangan merayap di pundak ku? Atau aku hanya berhalusinasi? Tentu aku terkejut saat aku berada dilantai tiga. Aku mendengar suara perempuan mengikuti lagu yang aku nyanyikan. Dan setelah nya aku justru berada di lantai 2. Mana mungkin bisa? Apa aku bisa terbang? Tapi aku tidak merasakan apapun.
Keesokan hari nya. Hari jumat adalah hari yang sangat aku tunggu. Pulang cepat adalah tujuan ku. Aku sudah tak memikirkan apa yang terjadi kemarin. Sekarang tujuan ku adalah belajar. Aku memasuki kelas dan melihat para teman ku yang grasak grusuk, entah apa yang mereka lakukan.
"LO TAU, GAK, TAU GAK CIT!!" Seru Aulia dan aku menggeleng mana aku tau. Dia pun tidak memberi tau ku.
Aulia menghela nafas." ADA ANAK BARU!" Heboh nya dan tersenyum lebar aku mengerutkan kening ku. Memangnya kenapa jika ada murid baru? Murid baru tidak akan membuat nilai fisika ku naik. Aku menganggukan saja agar Aulia senang.
"Terus dia cowok apa cewek?"
Aulia menunjuk jari telunjuk nya ke udara." Nah itu.... gua pun gak tau." Kepalanya menggeleng
Aku memutar bola mata malas lalu menaruh tas ku di bangku.
"WOY, WOY! MURID BARU NYA KE KELAS KITA! JANGAN BERISIK WOY, JADI ANAK TELADAN JANGAN JADI ANAK PEREMAN! ITU YG SUKA NGIBAH JANGAN NGIBAH DULU! JANGAN MALUIN GUA!" Teriak ketua kelas yang bernama Beta
"BACOT!" Seru sekelas kecuali Citra tentu nya.
Seorang guru dengan kaca mata bulat ditambah dengan mata setajam silet nya itu membuat kami menelan saliva berulang ulang. Guru kiler yang sangat galak lebih galak dari pada juminten. Bersamaan dengan seorang cowok dia adalah murid baru nya. Pikir ku, wajah nya datar sedatar tripleks, cowok itu menatap ku seperti mengintimidasi.
"Perkenalkan namaku, Arzelo Reyfan. Panggil nama saya Rey."
Ibu singa itu( ibu Fitri) bahkan nama itu tidak cocok untuk nya. Jadi kami memanggilnya guru singa.
"Baik Rey, silahkan duduk."
Rey berjalan ke bangku yang berada dibelakang.
"Gila cit. Ganteng banget." Ujar Aulia dan aku menghela nafas lelah. " Tapi sayangnya cuek deh, kaya lo,"
Aku berjalan menuju belakang sekolah untuk memenangkan pikiran. Berbeda pada para siswa lainnya yang pasti sedang berada di kantin. Aku duduk sembari berselonjor dibangku.
"Lo gak ke kantin?" Tanya seseorang menggagetkan ku.
Perlahan aku membuka mataku dan melihat ke arah samping ternyata si anak baru Rey.
"Tidak." Jawabku singkat
Dia duduk di samping bangku yang sedang aku duduki.
"Sepertinya, lo mengalami hal yang aneh kemaren."
Aku tergelak." Mana mungkin dia bisa tau?" Batin ku
"Aku tau, sebenarnya aku bisa melihat masa depan dan masa lalu dari mata seseorang. Jika aku melihat mata nya maka aku tau dengan orang itu.
"Aku pikir, kamu orang nya cuek, seperti aku."
Rey terkekeh." Tentu gak lah."
Aku terbengong melihatnya." Oh ya ampun, dia tampan sekali." Batin ku
"Selain itu, aku juga bisa melihat yang tak kasat mata." Ujar nya
"Hantu," gumam ku tapi masih bisa didengar nya.
"Bukan hantu, tapi jin. Sepertinya bentar lagi bel, yuk masuk." Ajak nya
Aku mengikuti langkah lebar nya. Langkah ku yang kecil tidak bisa menyamai langkah lebar cowok jangkung itu.
"Apa di belakang ku ada hantu?"
"Iya." Balas nya dingin
Aku mematung ditempat dan Rey tertawa keras melihat ku.
"Oh, tidak, tidak. Aku hanya bercanda."
"Oh, jangan tertawa aku bisa diabetes, mengapa kamu sangat tampan." Batin aku
Rey mengibas kan tangan nya kearah wajahku." Lo gak papa kan? Gua bercanda tadi."
"Eh, iya, yuk kekelas." Ucap ku gugup. Aku berjalan duluan dan meninggalkan Rey yang tersenyum tipis.
Matematika adalah pelajaran terakhir dan pelajaran yang merumitkan otak. Soal hanya sedikit tapi jawaban bertingkat tingkat. Rasa nya aku bisa botak jika begini.
"Cit, gimna nih gua gak tau nomor 1?"
Aku menggeleng." Aku pun gak tau."
"Cepat waktu nya 5 menit lagi!!" Teriak bu fitri ( atau guru singa)
Kami para murid terkejut. Waw 5 menit lagi bahkan 1 jawaban pun belum terisi. Awto ini mah disuruh beresin kamar mandi
_________
Aku berjalan ke lantai 3 sendirian untuk memastikan bahwa kemarin hanya halusinasi ku saja. Tanpa rasa takut aku terus berjalan. Seorang memanggil ku ternyata kakak kelas.
"Kamu mau kemana? Dek," tanya kakak perempuan itu dan aku diam lalu menjawab." Mau kelantai 3 kak."
"Ngapain kelantai 3? mending sekarang kamu ke kelas aja." Ucap nya gugup
"Ada urusan sebentar kak, kalo gitu saya duluan." Pamit ku meninggalkan kakak kelas itu.
Sampai aku di lantai 3. Aku mendengar....
Suara perempuan begitu merdu memasuki gendang telinga ku. Aku perlahan masuk ke sebuah ruangan gelap dipenuhi bangku bangku tua yg amat rapuh. Sarang sarang laba laba begitu banyak. Mata ku memincing ke arah sebuah jendela kaca yang terbuka menampilkan perempuan dengan baju sekolah. Dan baju itu sangat mirip dengan seragam sekolah ku. Aku perlahan berjalan mencoba menggapai orang itu. Ku fikir dia sudah tak mau hidup lagi. Atau dia ingin bunuh diri. Semakin aku mendekat semakin bau amis menyengat dan harum bunga melati yang begitu menyengat. Saat akan menggapai tangan nya tiba tiba tangan itu potel dan terjatuh kelantai menyebabkan darah segar berceceran. Aku terkejut lalu menutup mulut menggunakan tangan kanan ku.
Makhluk apa dia?
Perlahan tapi pasti aku berjalan mundur dan semakin mundur. Aku menutup mata ku perlahan tak sampai 2 detik. Orang itu sudah menghilang dari jendela kaca itu. Sebuah bisikan terdengar jelas ditelinga ku.
"Ingin kemana?" Aku menengok kebelakang tidak ada siapapun dan saat aku melihat kedepan. Aku di kaget kan dengan wajah perempuan yang sudah hancur itu.
"KHAAAAAAAA!!!" Teriak ku kaget. Darah nya menetes mengenai seragam ku.
Dia tersenyum mengerikan wajah nya retak aku yang melihatan ingin muntah.
Saat akan dia mendekat ke arah ku suara dobrakan terdengar dan saat itu aku pingsan tak sadarkan diri. Hanya suara suara yang ku dengar memanggil nama ku dan setelah nya hilang.
Perlahan aku membuka mata ku melihat sekeliling dengan cat putih. Kepala ku pusing.
"Citra, lo udah lumayan baik kan?" Tanya seseorang yang kudengar seperti suara lelaki.
Aku memegang kepala ku. Terasa sakit. Aku menoleh ke samping.
"Rey, kamu dari tadi disini?"
Rey mengangguk." Iya, lo kalo mau kelantai 3 jangan sendirian. Untung aja tadi ada kakak kelas perempuan ngasih tau gua kalo ada adik kelas kelantai 3. Gua pikir itu lo dan bener ternyata."
"Apa yang terjadi sama aku? Pasti kamu liat kan?"
"Iya, aku liat semua nya." Balas Rey
"Apa, kamu tau apa yg terjadi sama wanita itu?"
Rey terdiam." Mending kita kekelas. Udah merasa baik kan?" Ucap nya mengalihkan pembicaraan
"Ya udah yuk."
Selama perjalanan Aku dan Rey diam membisu tak ada suara yang keluar dari mulut kami. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Rey? Aku sebenarnya penasaran dan ingin bertanya. Tapi melihat raut wajah Rey. Aku mengurungkan niat ku, kami sudah sampai di kelas. Guru belum datang.
Rey berumur 15 tahun saat itu. Dia baru menyadari kelebihan nya saat berumur 11 tahun. Saat Rey berjalan ke taman dia menemukan seorang gadis cantik yang sedang memegang boneka nya. Kulit pucat sekali dan dia merasa kesakitan. Rey mendekatinya dan bertanya.
"Nama lo siapa? Kamu sakit ya? Soalnya muka mu pucat."
Gadis menoleh." Kamu bisa liat aku?"
Rey merengutkan dahinya." Iya. Gua bisa lihat makhluk halus. Kenapa emang nya? Lo punya masalah?"
"Kamu benar. Aku boleh minta bantuan kamu?"
"Bantuan apa?" Gadis itu mulai bercerita akan hidup nya dari kebahagian menjadi penderitaan
"Jadi, sekarang Papa tiri lo bahagia dong. Itu gak bener dia harus dapet hukuman."
"Maka dari itu. Tolong bantu aku." Dan Rey mengganguk
Beberapa hari Rey jalani untuk bertemu dengan Papa tiri gadis itu dan akhirnya dia menemukan rumah besar dan mewah. Rey melompat dari pagar hitam itu. Lalu berjalan mengendap endap. Seperti maling. Rey sampai di sebuah tembok putih dan mendorongnya ternyata ini adalah pintu. Rey masuk dan melihat raga gadis itu di sebuah balok es yang beku. Sungguh kejam Papa tirinya. Rey menelpon Papa nya dan menceritakan nya lewat telpon. Saat hendak keluar Rey ketahuan oleh Papa tiri gadis itu. Papa tiri gadis itu mengeluarkan pisau tajam dari saku nya dan menusuk perut Rey sehingga darah segar terus mengalir. Rey tak sadarkan diri. Kasus sudah selesai dan Rey terbaring di rumah sakit, Rey mengalami koma 5 bulan. Mamah Rey begitu khawatir dan meminta Rey untuk tidak membantu makhluk halus lagi dan Rey pun berjanji. Rey juga sedikit shok.
*********
Saat dilantai 3. Citra pingsan tak sadarkan diri. Rey dengan cepat mendobrak pintu nya. Seorang gadis dengan wajah hancur. Gadis itu melihat Rey sembari tersenyum. Gadis itu bernama Shofi. Shofi meminta bantuan kepada Rey atas hidup nya yg menderita. Tapi Rey menolak membantu. Berulang kali Shofi meminta bantuan tapi Rey tidak ingin membantu. Setelah kepergian Rey yang menggendong Citra. Shofi bersumpah jika Rey tidak membantunya maka.dirinya akan membuat siswa/ siswi di SMA ini meninggal dengan lompat dari lantai 3. Dan mereka pun akan ikut ke alam lain dengan Shofi.
*******
Keesokan nya adalah hari senin ( aku cepetin) hari dimana kami harus dipanaskan dan mengingat para pahlawan kami. Bahkan teman ku yang memakai bedak setebalnya itu langsung luntur. Upacara telah selesai para siswa mulai memasuki kelas.
CITRA melihat seorang siswi berjalan ke tangga menuju lantai 2. Bukan nya kelas siswi itu bersebelahan dengan kelas nya. Kalo gak salah nama nya kinan, mungkin dia ada urusan.
Pelajaran pun di mulai, awal nya sih baik baik aja setelah jam 3 sebuah suara membuat sekelas heboh.
BRUK!!
Para siswi berhamburan untuk melihat apa yang terjadi.
"Ya ampun, Citra!!" Heboh Aulia. Keringat membanjiri pelipisnya.
"Kenapa lia?"
"Ada siswi bunuh diri. Kata satpam itu dia loncat dari lantai 3. Tadi itu satpam itu dah ngasih tau guru dan satpam itu lari mau kelantai 3. Eh, malah siswi dah jatuh duluan." Cerocos Aulia. Aku terdiam." Siapa orang nya?"
"Kalo gak salah nama nya Kinan. Kata temen nya kinan itu orang nya ceria, tapi kenapa dia bis bunuh diri gitu. Ih, jadi ngeri gua."
Rey mendengar ucapan kedua gadis itu pun berdiri dan meninggalkan kelas berbeda dengan Citra yang diam menatap kepergian Rey.
Rey membuka pintu ruangan yang berada di lantai 3.
"MAU LO APA?!" Teriak Rey
Tiba tiba di depan Rey seorang siswi bermuka hancur itu tertawa "Hihihihihi, mau gua lo bantu gua. Itu aja kok, inget ya Rey kalo lo gak mau bantu gua. Gua kan buat korban lagi."
Tapi bagaimana? Dirinya sudah berjanji ke Mamah, Tapi disisi lain dia juga ingin membantu Shofi. Rey menggeleng jika dia tidak membantu Shofi trus ada korban lagi. Maka Rey tidak akan memaafkan dirinya.
"Gua butuh waktu."
Shofi tersenyum. Kepala potel dan tubuh yang hancur itu membuat Shofi menderita. Dia ingin cepat kembali kealam nya.
Rey berjalan keluar ruangan tanpa sadar Citra mendengar pembicaraan itu walau tak bisa melihat hantu itu.
********
Keesokan harinya Rey belum bisa memberi jawaban karna dirinya masih bingung. Bagaimana ini?
Seorang Siswa bermuka pucat itu tak sengaja melewati Citra yang masih termenung. Mau kemana Siswa itu. Langkah cepat Citra mengikuti Siswa itu sampai kelantai 3.
"Kau akan ikut dengan ku."
Ucap siswa itu. Tapi sedikit ada suara perempuan.
Saat akan siswa itu melompat. Citra dengan cepat menarik tangan nya hingga mereka berdua terjatuh kelantai.
Siswa itu menatap marah ke arah Citra. "Pergi!".
"Siapa pun kamu? Keluar dari tubuh siswa ini."
"Hihihihi. Gak semudah itu."
Arwah itu keluar dari raga siswa itu hingga siswa itu tak sadarkan diri. Siswi itu yang waktu itu dia temui.
"Lo ngehancurin rencana gua!!" Darah menetes terus menetes lantai yang tadi putih kini bersimbah darah. Siswi itu melempar bangku kemana mana hingga..
Srek
Kaca pecah mengenai lengan Citra hingga mengeluarkan darah merah. Citra terbengong ditempat, bangku bangku bertebrangan, wajah, badan, siswi itu tidak berbentuk lagi. Kaca terbuka kini terpenuhi dengan darah. Citra berulang kali menelan saliva nya.
"Lo juga harus mati!!!" Ucap siswi itu menekan kalimatnya
Saat akan sebuah kaca tajam nan lebar mengenai dada Citra suara teriakan menghentikan aktivitasnya.
"Berhenti Shofi. Gua bakal bantu lo!!"
Bangku bangku yang bertebrangan kembali sembula kaca pecah nan penuh darah kembali bersih dan utuh.
'Shofi' nama itu masih teringat di pikiran ku.
"Ya gua akan bantu lo. Jadi jangan bunuh mereka berdua!!"
Shofi menghilang seperti di telan bumi. Citra masih mematung ditempat.
"Lo baik baik aja kan? Lengan lo berdarah." Citra masih belum menjawab
"Siswa itu." Tunjuk Citra dan langsung dibopong Citra dan Rey.
Sampai di uks lengan Citra sudah di obati dan Siswa itu masih tak sadarkan diri.
"Kamu beneran mau bantu dia? Maksudku Shofi."
"Gua gak punya pilihan lain, terpaksa gua harus ingkarin janji gua sama Mamah."
"Kamu kan bisa liat mata nya, biar selesai juga kan?"
"Lo gak liat. Mata nya udah ancur kaya gitu. Gimana mau liat, terpaksa kita harus cari tau sendiri."
"Kata aku sih dia bunuh diri."
Rey menggeleng." Lo mau bantu gua."
"Boleh, tapi aku gak sendiri gimana kalo ajak Aulia sama Beta, mereka enak kok orang nya."
"Tapi, gimana kalo mereka gak mau?"
"Tenang aja, mereka pasti mau. Untuk Aulia ini lumayan buat gibahan." Citra terkekeh begitu juga Rey.
*******
"Mereka berdua mau Rey."
Beta dan Aulia tampak bersemangat.
"Waw, waw. Hebat banget lo. Bisa liat han...tu, jangan lupa di vidioin biar, aw gitu loh."
"Gua sebagai ketua kelas yang berani gak bakal gak ikut dong!! Gua harus tunjukin keseluruh sekolah kalo gua berani. Nanti gua kasih cucu cucu gua. Kalo kakek nya adalah yang berani." Cerocos Beta
"Lo tuh ya, bacot bener." Ketus Aulia. Citra mengelengkan
"Biarin." Sambil menyisir rambut keringnya kebelakang.
"Dih, sok lo." Ketus Aulia
"Udah, udah. Kalo kaya gini kapan selesainya."
Beta dan Aulia terkekeh malu.
*****
Hari kamis sepulang sekolah kami berempat berkumpul di depan pintu ruangan itu.
"Bener nih, kita mau masuk? Serem kaya gini?" Ujar Beta
"Ck ckck , kata nya biar semua orang tau kalo lo berani. Tapi apa? Sok aja sih lo." Ucap Aulia
"Iri bilang bos!" Balas Beta
"Iri sama lo. Ogah."
Kalo kaya gini kapan selesainya.:" ujar
Kmn
Kami berempat memasuki ruangan gelap itu dan hanya diterangi cahaya senter.
"Kok, gua jadi merinding ya." Ujar Aulia
"Kalo gitu sini biar gua peluk, biar gak merinding lagi." Kata Beta
"Dih, enak di lo. Gak enak di gua."
Sebuah kertas putih terdapat bercak bercak merah itu begitu menarik perhatian Citra. Citra mengambil kertas itu.
' gua minta maaf ' hanya itu.
"Rey gua liat kertas ini tadi."
Rey mengambil kertas itu dan
******
Rey terdapat disebuah ruangan gelap dan ini adalah ruangan di lantai 3. Ada 2 orang berbeda jenis sedang membicarakan sesuatu. Rey semakin mendekat anehnya mereka tidak melihat Rey.
"Cepet gugurin kandungan itu!!"
"Gak, gua gak mau. Pliss no, jangan kaya gini. Lo cinta gua. Dan lo harus tanggung jawab."
"Cepet gugurin kandungan ini, kalo gak gua bakal bunuh lo!!"
Brak
Siswi yang tak lain adalah Shofi itu mengelus perutnya sembari menangis. Dia bingung harus melakukan apa. Jika dia membunuh Anak ini, dia berdosa ditambah lagi dia sangat sayang dengan anak ini.
Beberapa hari kemudian. Shofi belum mau menggugurkan kandungan nya. Dengan persaan marah Dino langsung menarik Shofi dan melemparinya dari lantai 3. Hingga tubuh itu hancur,
"Maafin gua." Ucap Dino dan langsung pergi dari tempat itu.
*******
Rey menghela nafas nya. Rey berjalan ke arah jendela kaca itu dan terdengar suara. Anak kecil yang tertawa sedih dan Rey bisa merasakan itu.
"Kita pergi dari sini."
Kami berempat keluar dari ruangan itu tanpa sadar seseorang tersenyum licik.
"Gua gak bakal biarin mereka mencari tau tentang gua."
Orang itu pergi dengan raut wajah bak iblis.
Kami berempat berada di belakang sekolah dan Rey sudah menceritakan kejadian nya. Kami bertiga mengganguk.
"Jadi orang itu masih disini dong? Kalo kaya gitu pasti mudah lah ya. Gua akan minta temen deket gua coba cari no hp tuh orang." Ujar Beta
Skip
Hari jumat adalah hari merah karna ditanggal nya adalah merah. Kami berempat memakai pakaian biasa.
KAMI sudah sampai dilantai 3. Awalnya sih baik - baik aja. Tiba tiba entah cairan apa membuat kami berempat terpeleset.
Bruk!
Suara dobrakan terdengar dengan benda tajam yang dibawah terseret seret oleh seseorang. Kami sungguh terkejut.
"Kaluar kalian!! Kita selesaikan ini!!"
Orang itu membacok kursi kursi rapuh itu hingga terbelah. Citra berada di bawah meja sambil menutup mulut nya begitupun yang lain nya. Orang itu berjalam maju. Ini kesempatan yang bagus untuk mereka keluar.
"Pergi!!" Suara teriakan entah dari mana asalnya. Tapi ke empat orang itu mendengarnya. Tapi tak ada siapa pu. Kecuali Rey yang tau.
Kami berempat keluar dari ruangan itu. Orang itu langsung mengejar kami. Kami berlari hingga tak tau arah dan terpisah. Aku bersama Beta dan Rey bersama Aulia. Mungkin tapi,
"Beta gua takut!" Isak ku
"Duh Cit, jangan nangis. Gua tarik ucapan gua kalo gua berani. Sumpah gua kebelet." Ujar beta
"Ini waktunya bukan buat bercanda." Kini kami berada di ruang musik lantai 2.
Sedangkan Rey dan Aulia berada di perpustakan di lantai 1, " Rey gimna nih? Gua takut. Semoga Beta sama Temen gua tersayang Citra gak kenapa napa."
Rey menghela nafas lelah. Dia fikir membereskan kasus ini mudah. Tapi ada aja penghalang." Kita berdoa aja."
Diruangan musik Beta yang sedang menahan sesuatu yang akan keluar sungguh dia tidak tahan. Dia ingin ke wc. Sedangkan Citra berulang kali berdoa.
"Keluar kalian!! Kita selesaikan ini!! Cepat keluar." Orang itu masuk kedalam ruang musik dan Citra maupun Beta bisa melihat bayangan orang itu dengan senjata tajam. Kalo tak salah itu kapak.
"Keluar Woy!!! Oh mau main main ya!! Ok, gua akan buat permainan seru!!" Orang itu tertawa keras dan mengerikan.
Orang itu menghancurkan gitar, piano. Dengan kapak nya. Kapak itu hampir mengenai tangan Beta. Untung ucap beta dalam hati.
Atmosfer diruangan ini makin panas dan keringat membanjiri pelipis keduanya.
"Sialan!! Keluar kalian sekarang!! Sebelum gua kehilangan kesabaran!!
Orang itu menghancurkan alat musik . Hingga tersisa satu. Aku dan Beta menelan saliva takut. Beta meraih tangan ku dan
Bruk
Beta menendang dada orang itu dan membawa ku keluar dari ruang musik dan belari menuju lantai 1. Orang itu masih mengejar kami. Nafas kami yang hampir habis itu.
"Mau kemana kalian?!" Orang itu menggunakan topi hitam dan masker hitam. Kami berdua tidak bisa melihatnya.
Saat kapak itu mengarah ke kepala ku..
TIBA tiba kapak itu terjatuh akibat tendangan dari arah belakang. Orang itu terjatuh hingga topi nya terlepas dari kepala nya.
"Kalian baik baik aja kan?" Tanya Aulia sembari memeluk Citra.
"Makasih Rey, kita pergi dari sini."
Tanpa kami sadar orang itu memegang kapan nya dan srek
Lengan Beta tergores hingga jaket nya pun terbelah.
"BETA!!" Teriak kami bertiga.
"Hahahaha, aku akan menghabisi kalian! Selamat tinggal!!"
Saat akan kapak itu mengenai pundak Rey. Rey dengan cepat menghindar terjadilah adu jotos. Aku dan Aulia langsung membantu Beta berdiri.
Kapak itu terjatuh kelantai. Rey menginjak dada orang itu dan melepaskan masker hitam itu.
"Kak Dino!!!" Teriak kami terkejut.
"Sialan lepasin gua!!"
"Tenang kak kami bakal lepasih lo kok, tapi...." ujar Aulia terpotong. Mobil polisi sudah berada di depan gerbang dan memegang Dino.
Saat di perpustakan Aulian langsung menelfon polisi karana terjadi kasus pembunuhan.
Shofi tersenyum dengan seorang anak kecil yang ikut tersenyum di lantai 3.
"Terima kasih" dan menghilang.
Kami saling berpelukan. Kami senang akhirnya selesai.