Ditiduri Genderuwo


                       Ditiduri Genderuwo


Sebut saja Bella, wanita muda berusia 21 tahun dan baru saja menikah dengan Redy beberapa bulan yang lalu. Pengantin baru ini sedang dimabuk asmara karena masih dalam suasana bulan madu. Segalanya terasa indah. Dunia milik mereka berdua, yang lain mungkin lagi pada ngungsi. Hehe ....


Pasangan yang sedang mabuk asmara ini memutuskan untuk membeli rumah di Jakarta Utara. Awalnya semua terasa manis, semanis madu. Prahara mengerikan menerpa setelah orang ketiga hadir dalam mahligai rumahtangga mereka. Biasanya keretakan hubungan disebabkan orang ketiga, namun kali ini karena hadirnya “orang” ketiga.


Redy seorang pebisnis muda yang cukup sukses dan seringkali meninggalkan Bella yang baru dinikahinya 4 bulan yang lalu itu untuk urusan bisnisnya. Bella sendiri tidak keberatan dengan hal tersebut karena dia tahu suaminya tersebut seorang pekerja keras dan begitu mencintainya.


Bella sendiri seorang wanita karir. Dia bekerja pada sebuah perusahaan jasa yang cukup bonafide di Jakarta. Karena kesibukan masing-masing itulah mereka jarang bersama.


Redy sering bepergian ke luar kota bahkan keluar pulau untuk waktu yang lumayan lama, kadang seminggu bahkan sebulan. Bella hanya tinggal berdua dengan Bi Inah, pembantu rumahtangganya.


Pagi-pagi sekali Bella berangkat ke kantornya dan tak jarang baru pulang pukul 9 atau 10 malam. Tiap hari ia melewati jalan yang sama ketika menuju kantor dan pulang ke rumahnya. 


"Saya selalu merinding kalau lewat jalanan itu, Mas. Apalagi pas lihat pohon Beringin besar itu.” tuturnya pada Ustadz Banu setelah beberapa kali diruqyah. Ada kengerian mendalam tertangkap dari nada suaranya.


Jalur perlintasan Bella tersebut membelah sebuah TPU (Tempat Pemakaman Umum). Di pinggir jalan memang ada pohon Beringin yang cukup besar dan tua. Ternyata pohon itu berpenghuni. Setidaknya hal itu diketahui berdasarkan pengakuan jin yang merasuki Bella ketika diruqyah. Wallohu a'lam.


Singkat cerita jin dari marga Gandardiwa tersebut diam-diam mengamati Bella yang sering melintas. Lama-lama makhluk itu jatuh cinta padanya. 


Selanjutnya Genderuwo tersebut kemudian mengikuti Bella setiap saat. Dia mengetahi dengan detail segala hal mengenai Bella, termasuk kediamannya. Inilah yang sangat berbahaya karena Redy jarang di rumah.


Selain masih muda, Bella memiliki paras yang sangat cantik. Mirip seorang aktris yang sering nongol di televisi, Irish Bella. Pasti pada kenal, 'kan? Selain cantik, ia juga cerdas dan termasuk karyawan berprestasi di perusahaan tempatnya bekerja.


Tingginya kira-kira 170 cm dengan tubuh terawat, padat, dan berisi. Almost perfect! Jangankan Genderuwo, rekan kerjanya pun banyak yang klepek-klepek. 


Genderuwo jahat melihat sebuah kesempatan besar ketika menguping percakapan Bella dengan Redy melalui gawai pada suatu siang.


"Seriusan, Mas?” tanya Bella kegirangan sambil makan siang di sebuah restoran dekat kantornya.


"Iya, sayang. Ini lagi packing,” sahut suara di ujung sana.


“Aku senang banget, Mas. Cepat pulang, ya. Nanti aku kasih 'hidangan spesial,' deh. Hehehe ....” timpalnya sambil memamcarkan senyum merekah.


“Pasti, sayang! Besok pagi aku pulang. Uuhh ... udah nggak sabar nih, jadinya,” jawab Redy penuh semangat.


“Cup! Muaaah!” balas Bella genit sambil mengecup jarak jauh.


"Love you. Muaah!” pungkas Redy.


Sebagai pasangan yang masih terbilang pengantin baru tentulah momen semacam ini teramat indah membahana. 


Sementara Si Genderuwo menyeringai licik, "inilah saatnya!” 


*******


Malam harinya.


Tok! Tok! Tok!


Bi Inah berlari dan segera membukakan pintu depan.


"Eh, Tuan,” sapanya pada Redy yang sudah ada di depan pintu.


Redy hanya tersenyum datar tanpa menjawab.


"Masuk, Tuan. Sini saya bawakan tasnya,” 


"Iya, Bi. Mana istriku?”


"Ada di kamar, Tuan. Kata Non Bella, Tuan besok pagi pulangnya?”


“Jangan cerewet kau! Pergi sana!”


"I-ya, Tuan. Maaf, ” jawab wanita separuh baya itu sambil membawa tas majikannya dan masuk kamar.


Redy langsung naik ke lantai dua dan masuk ke kamar Bella.


Dari dalam kamarnya, Bi Inah merasa ada yang ganjil dengan majikannya itu. Pertama, sikapnya yang kasar padahal Redy adalah pria yang ramah, lembut, dan sopan. Tak pernah sekalipun berkata kasar. Kedua, Redy selalu tersenyum, tapi kali ini raut wajahnya begitu menakutkan. Ketiga, tubuh majikannya itu mengeluarkan bau sangit seperti kabel yang terbakar padalah biasanya sangat harum. Keempat, postur tubuhnya tampak begitu kekar dan berotot seperti seorang binaragawan padahal Redy yang dikenalnya berperawakan biasa saja.


Malam itu Bi Inah tak bisa tidur.


*******

Di kamar Bella.


“Loh, Mas?” ucap Bella keheranan.


“Iya, sayang,” jawab Redy langsung memeluk dan mencumbui Bella.


Bella terhanyut dalam gelora panas meskipun di benaknya penuh pertanyaan. Akhirnya wanita cantik tersebut berhasil melepaskan pelukan Redy.


“Katanya besok pagi baru pulang. Kok, tiba-tiba sudah tiba?”


”Aku sudah tidak sabar ingin ketemu dan melepas rindu.”


"Mas nge-prank aku, ya? Ternyata mau ngasih surprise.”


 Tanpa buang waktu Redy kembali mencumbui Bella dengan rakus. Bella sendiri sangat menikmatinya sampai bersimbah peluh berkali-kali. Tak terhitung berapa kali ia mencapai "melayang” dibuatnya malam itu.


Bella baru sadar ketika melihat jam dinding.


"Hah! Jam 9?” 


 Cletek! 


Terdengar suara gagang pintu ditarik dari luar.  


"Mas Redy?”


“Assalamu'alaikum, Bidadariku,” sapa Redy dengan senyum menghiasi bibirnya.


“Mas?” jawab Bella sambil terbelalak.


"Loh, kok nggak jawab salamku?” tegur Redy.


“Wa-alaikumussalam, Mas,” balas Bella setengah tercekat.


"Kamu kenapa sayang? Kok kayak ngelihat setan, gitu?” 


“Eh ... anu ... emmm ...”


"Suami pulang bukannya disambut pelukan mesra, malah melotot begitu.”


Sontak Bella bangkit lalu sambil memeluk erat Redy. Air mair mata mengalir deras di pipinya, ia sesenggukan.


Redy membelai rambut Bella dan mengecup keningnya. 


Setelah reda tangisnya Bella kembali bertanya untuk meyakinkan dirinya, “Mas baru tiba?”


Redy mengangguk. Bella kembali terisak. Lama sekali mereka berpelukan. Redy mengira tangisan istrinya adalah ungkapan kebahagiaan karena sudah satu bulan lebih mereka terpisah karena bisnisnya. Sementara batin Bella terguncang hebat.


Bella melarang Bi Inah menceritakan kejadian semalam karena takut Redy murka. Selanjutnya kehidupan pasangan ini kembali normal meski Bella sendiri tak dapat melupakan “pengalaman” yang dirasainya. 


Seminggu sudah Redy di rumah. Tak ada kejadian aneh apa pun, semuanya normal. 


Lagi-lagi urusan bisnis memaksa Redy hengkang ke luar kota selama tiga hari. Bella melarangnya, tapi ia tetap berangkat. 


Bella sangat sedih, tapi apa hendak dikata, kepergian Redy tak dapat dicegah. Sore harinya dia mengajak Bi Inah pergi. Mereka sama-sama yakin bahwa ada “sesuatu” yang jahat sedang mengancam. Malam itu mereka menginap di rumah orangtuanya.


Bella setengah terlelap. Tiba-tiba ada sesosok bayangan tinggi besar mencumbui setiap jengkal tubuh sambil menindihnya. Ia tak kuasa menahan sosok perkasa tersebut. Tenaganya yang dahsyat mampu membuat Bella bergairah. 


Pergumulan baru selesai ketika  Subuh menyergap. 


“Cesss!”


Sosok misterius tersebut berubah menjadi asap ungu tebal dan perlahan keluar melalui celah kecil jendela kamar.


Awalnya Bella selalu ketakutan ketika makhluk itu hendak menodainya, tapi lambat laun ia menjadi ketagihan. Sosok Redy yang super sibuk membuatnya kesepian dan hal tersebut dimanfaatkan Sang Genderuwo untuk melampiaskan nafsu iblisnya tiap malam. 


Rasa cinta Bella kepada Redy mencapai titik nadir di tahun keempat pernikahan mereka. Bella tak lagi mau melayani suaminya lahir maupun batin.


Tanpa sepengetahuan Redy, perselingkuhan istrinya dengan Genderuwo laknat itu pun terus berlanjut. Tak peduli pagi, siang, sore ataupun malam. Bella benar-benar kesetanan. Baginya, Redy adalah lelaki “lemah,” hanya kekasih jahanamnya yang ia selalu rindukan.


Tanpa sepengetahuan Bella, Bi Inah menceritakan hal tersebut kepada Redy. Redy galau bukan kepalang. Atas saran salah seorang temannya, maka didatangkanlah Ustadz Banu untuk melepaskan Bella dari jeratan setan keparat tersebut.


Pada prosesi ruqyah pertama, Ustadz Banu cukup kewalahan menghadapi amukan Bella dan Sang Genderuwo, namun atas izin Allah perlawanan mereka berhasil dilumpuhkan. 


Pertemuan kedua, Sang Genderuwo kembali mengamuk dengan mengajak para genderuwo lainnya mengeroyok Ustadz Banu. Lagi-lagi mereka gagal total, bahkan tewas atas kehendak-Nya. Sesungguhnya kebatilan pasti akan musnah.


Kali ketiga adalah Muhasabah. Ustadz Banu membimbing pasangan muda tersebut untuk kembali mendekatkan diri kepada Sang Khalik dengan taubat nasuha. Mereka diajari bacaan-bacaan untuk membentengi diri, pasangan dan rumah dari segala macam gangguan (yang tampak maupun gaib).


Alhamdulillah, biduk rumahtangga Redy dan Bella terselamatkan. Sekarang mereka hidup bahagia dan saling menyayangi.

Berlangganan Untuk Menerima Update Terbaru:

Disqus Comments